Tweet |
Mata
Kuliah : Ilmu Hadis, Quran Hadits, Ulumul Quran
Judul : Istilah Dalam Ilmu Hadis
Jumlah : 9 halaman
Tingkat : Pelajar/Mahasiswa/Umum
Kode :
Download:
Gambaran Isi:
ISTILAH-ISTILAH
DALAM ILMU HADITS
1.
Hadits, atsar dan khabar
- Hadits = Asal arti hadits ialah omongan, perkataan, ucapan dan sebangsanya.
Hadits menurut
bahasa berarti اَلْجَدِيْدُ yaitu sesuatu yang baru, hadis juga
bararti اَلْخَبَرْ yaitu berita.
Menurut ahli
hadits, pengertian hadits ialah segala perkataan Nabi, perbuatan dan hal
ihwalnya. Sementara para ulama ushul memberikan pengertian hadits adalah
“Segala perkataan Nabi SAW, perbuatan dan
taqrirnya yang barkaitan dengan hokum syara’ dan ketetapannya.
- Atsar = Sedang atsar ialah perkataan sahabat sebagaimana hadits perkataan Nabi Saw
Jumhur ulama
mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar yaitu sesuatu yang didasarkan kepada Nabi
Muhammad, sahabat dan tabi’in
- Khabar = khabar menurut bahasa adalah semua berita yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Sebagai ulama mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang dating selain dari Nabi Muhammad.
2.
Sanad, Matan dan Rowi
- Sanad = Kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran, menurut istilah sanad adalah
“Silsilah orang-orang (yang
meriwayatkan hadis) yang menyampaikannya kepada matan hadits.
- Matan
Matan menurut bahasa berarti
mairtafa’a min al-ardi (tanah yang meninggi), sedangkan menurut istilah adalah :
“Suatu kalimat tempat berakhirnya
sanad” dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa matan adalah lafadz hadis
yang diucapkan oleh Nabi Saw atau isi hadits.
- Rawi
Rawi yakni yang meriwayatkan
hadits
Untuk lebih jelasnya tentang
perbedaan antara sanad, rawi dan ikatan, perhatikan contoh hadis di bawah ini:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُبْنُ مَعْمَرَ بْنِ رَبِعِيِّ
الْقَيْسِى، حَدَّثَنَا أَبُوْ هِشَامٍ اَلْمَحْزُوْ مِيْ عَبْدِ الْوَاحِدِ
وَهُوَ ابْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيْمٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
ابْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ عُمْرَانَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَوَضَّأْ فَأْ حُسَنَ
الْونُضُوْءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ
أَظْفَارِهِ: (رواه مسلم)
Penjelasan
Dari nama
Muhammad bin Ma’mur sampai dengan Usman bin Affan r.a adalah sanad dari hadis
tersebut. Mulai kata man tawadda’ sampai dengan kata tahta azfarih adalah
matannya, sedangkan Imam Muslim yang dicatat di ujung hadits adalah perawinya.
3.
Hadis Mutawatir dan Ahad
a.
Hadits Mutawatir
Mutawatir
menurut bahasa berarti mutatabi’ yakni sesuatu yang datang berikut dengan kita/
yang beriring-iringan antara satu dnegan yagn lainnya, tanpa ada jaraknya.
Menurut istilah mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah belajar
orang yang menurut adalah mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk
berdusta. Pada intinya hadis mutawatir yaitu hadist yang diriwayatkan oleh
banyak orang di setiap generasi sejak generasi sahabat hingga generasi akhir.
b.
Hadist ahad
Kata ahad
menurut bahasa berarti satu, sedangkan menurut istilah ahad adalah ishobar yang
jumlah perawinya tidak sebanyak jumlah perawi hadist mutawatir.
Ada juga ulama yang
mendefinisikan hadist ahad secara singkat yakni hadist ahad secara singkat
yakni hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat mutawatir.
4.
Hadis shahih hasan dan
dhoi’if
a.
Hadis shohih
Shohih menurut
bahasa berarti ضِدُّ السَّقِيْمِ
(lawan sakit) yang berarti shah, benar, sempurna, sehat, ibnu al-shaleh
mengartikan hadist shohih yaitu hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan
oleh orang-orang yagn berwafaq adil, dan dhabil, dari orang yang berwatak
seperti itu juga sampai puncaknya, hadist mana tidak yadz dan tidak pula
mengandung cacat.
Gambaran
mengenai pengertian hadist shohih menjadi lebih jelas setelah imam syafi’I
memberikan ketentuan, bahwa riwayat suatu hadist dapat dijadikan hujjah apabila
1. Diriwayatkan oleh para perawi yang dapat dipercaya amalan agamanya.
2. Rangkaina riwayatnya bersambung sampai kepada pagi Muhammad atau dapat
juga tidak sampai ke pada pagi.
Syarat-syarat
hadis shohih
- Sanadnya bersambung
- para perawinya bersifat adil
- para perawinya dhabil
- Matannya tidak syadz
- Matannya tidak berillat
b.
Hadis Hasan
Hadis hasan menurut bahasa berarti مَا تَشْتَهِيْهِ
النَّفْسُى وَتَمِيْلُ اِلَيْهِ
yaitu sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu. Sebenarnya hadis hasan
itu sama dengan hadis shahih. Bedanya, kalau di dalam hadis shahih semua
periwayat harus sempurna kedhabitannya. Maka dalam hadis hasan ada perawi yang
kedhabitannya, kecermatan atau hafalannya kurang sempurna.
Menurut para ulama, hadis hasan dapat naik derajatnya menjadi shahih karena
ada hadis lain yang isinya sama diriwayatkan yagn kualitasnya tidak lebih
rendah.
Para ulama ahli hadis membagi hadis
hasan menjadi dua bagian, yaitu hasan lidzatih dan hasan li ghairih yang
dimaksud dengan hadis hasan lidzatih ialah hadis yang telah memenuhi
persyaratan hadis hasan. Adapun yang dimaksud dengan hadis hasan li ghoirih
ialah hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan hadis hasan sec ara sempurna,
atau pada dasarnya hadis tersebut adalah hadis dhaif, tetapi karena ada sanad
atau matan lain yang menguatkannya maka ke dudukan hadis dhaif tersebut naik
derajatnya menjadi hasan li ghairih.
Ibn Ash-shalah, sebagaimana dikutip oleh Al-Qosimi menyebutkan bahwa
hadis hasan li hairih ialah hadis yang sandaran dan sanadnya terdapat seorang
yang mashur, bukan pelupa yang banyak kesalahannya, tidak terlihat adanya
sebab-sebab yang menjadikannya fasiq dan matan hadisnya diketahui baik
berdasarkan periwayatannya hadis lain yang semakna.
Pengertian menurut Ibnu Ash-Shalah ini memperkuat uraian bahwa pada
dasarnya hadis hasan li ghairih adalah hadis dhaif, yang memiliki syahid dan
muttabi’ sehingga kualitasnya menjadi naik menjadi hadis hasan, akan tetapi,
hadis yang…..Read
More
Download: