Pengaruh Signifikan Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Membaca Literal

Proposal      : Tarbiyah
Judul           : Pengaruh Signifikan Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Membaca Literal
Jumlah        : 31 halaman
Tingkat        : Pelajar/Mahasiswa/Umum
Kode            :

Download:

Gambaran Isi:
BAB I
                                                     PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Membaca (Qiro’ah) adalah kegiatan yang meliputi pola berfikir, menilai, menganalisis dan memecahkan masalah. Dengan membaca, setiap individu dapat mempelajari dan berinteraksi dengan dunia di luar dirinya. Kehidupan manusia tidak hanya dapat dikomunikasikan melalui media lisan semata, namun kadang memerlukan media tertulis apalagi bila dikaitkan dengan kegiatan untuk memahami khazanah intlektual islam dan modern.1

“Membaca juga merupakan salah satu hal yang penting dan perlu dilaksanakan secara sistematis, karena membaca dapat memperoleh informasi dalam bentuk gagasan, teori, analisis dan penemuan-penemuan praktek dari teori yang pernah diketahui.” 2
Tentang pentingya membaca ini, dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 telah ditegaskan :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ(2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ(3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ(4) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(5)

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.3

1

Ayat di atas menjelaskan bahwa membaca dan ilmu pengetahuan mempunyai kaitan yang erat. Artinya bukan membaca tingkat permulaan, tetapi sudah tergolong pada tingkat pemahaman dan penguasaan yang dibaca.
Dewasa ini, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, pada lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal pembelajaran bahasa arab menjadi pilihan pokok pengajaran bahasa asing di samping bahasa inggris. Oleh karena itu kualitas proses dan hasil dalam pembelajaran membaca/ Qiro’ah harus diperhatikan.
Dalam kaitannya dengan hal ini membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa arab selain keterampilan berbicara (kalam), menulis (kitabah) dan mendengar (istima’).
        Dalam bahasa arab dikenal 2 cara membaca yaitu membaca keras (Qiro’ah Aj-jahriyah) dan membaca diam/pemahaman (Qiro’ah As-Shomitah). Dalam hubungannya dengan kegiatan membaca pemahaman, ada tiga tingkatan membaca yaitu : Kemampuan membaca literal, kritis dan kreatif. Untuk meningkatkan kemampuan membaca, setiap orang perlu menguasai ketiga tingkatan membaca itu. Yang jelas, kemampuan yang lebih tinggi dikembangkan dari tingkatan membaca yang lebih rendah. 4

Berdasarkan prasurvey yang dilakukan oleh penulis di pada tanggal 12 september 2010, diperoleh infromasi bahwa pembelajaran membaca/ Qiro’ah di Ma’had tersebut masih mengalami hambatan dan kemampuan membaca literal siswa masih relatif rendah.  Hal ini disebabkan belum adanya proses pembelajaran membaca/ Qiro’ah yang inovatif, pembelajaran masih dilaksanakan dengan cara konvensional.
Tabel 1.     Data tes Prasurvey kelas XI IPA 1
                  SMA MUHAMMADIYAH 1 Kalirejo
No
Nilai
Jumlah Siswa
Presentase
Kriteria
1.
2.
3.
85 – 100
65 – 84
0 – 64
2
13
21
6 %
36 %
58 %
Tinggi
Sedang
Rendah
Total

36
100 %

Dari data di atas diperoleh lebih dari 50 % siswa dalam penilaian membaca literal, memperoleh nilai di bawah standar kompetensi minimal SMA MUHAMMADIYAH 1 Kalirejo.
Bertolak dari hasil prasurvey di atas, penulis akan melakukan penelitian eksperimen. Penelitian tersebut difokuskan pada penelitian kompetensi membaca literal. Jalan keluar yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada adalah pemberian alternatif pelaksanaan pembelajaran membaca dengan model  pebelajaran yang berbeda. Di samping itu, model yang diambil juga harus dapat menggambarkan tingkat pemahaman siswa yang menyeluruh baik ada pada pemahaman isi yang ditunjukkan dengan kemampuan mengerjakan soal, maupun kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan maupun tulisan. Alternatif pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) dalam pembelajaran membaca literal, yaitu “Model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/ tim kecil yaitu berjumlah antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).” 5
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.        Pembelajaran membaca/ Qiro’ah masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan kurang inovatif.
2.        Proses pebelajaran membaca / Qiro’ah masih berpusat pada guru.
3.        Motivasi membaca masih relatif rendah.
4.        Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan, menjadikan meraka kurang mampu mengungkapkan kembali isi cerita / bacaan baik secara lisan atau tulisan dengan menggunakan bahasa siswa sendiri dan hal ini berpengaruh masih relatif rendahnya kemampuan membaca literal  siswa kelas XI  IPA 1 SMA MUHAMMADIYAH 1 Kalirejo.....Read More

Dilengkapi dengan
C.    Pembatasan Masalah.....Read More
D.    Rumusan Masalah .....Read More
E.     Tujuan dan Manfaat Penelitian .....Read More

BAB II
LANDASAN TEORITIK   

A.    Deskripsi Teori
1.      Model Pembelajaran Kooperatif
a.  Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
“Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama yang lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.” 1
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan meningkatkan sistem pengelompokan / tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).”
Pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling ekstensif dievaluasi, dideskripsikan sebagaimana berikut ini : “Sekelompok orang yang terkait kegiatan belajar, bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri, tukar pengalaman, berbagi ide."2

7
Berdasarkan definisi di atas penulis berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran melalui sistem kelompok kecil yang heterogen yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain.
Falsafah yang mendasari model pembelajaran cooperative learning dalam pendidikan adalah “Falsafah homo homini socius. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah.” 3
b.      Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain, perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Belajar kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yang menurut Slavin yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.4
Dengan demikian, karaktistik pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini :
1.      Pembelajaran secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Untuk itulah, kriteria keberhasilan tim (anggota kelompok). Setiap kelompok bersifat heterogen. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2.      Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.
3.      Kemampuan Untuk Bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.
4.      Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama. Dengan demikian, siswa perlu didorong mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. 5
c.       Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative leraning dengan kerja kelompok, yang menurut Bennet (1995) yaitu :
1)  Positive interdependence
2)  Interaction face to face
3)  Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok
4)  Membutuhkan keluwesan
5) Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok). 6

Menurut Roger dan David Johnson dalam bukunya Anita Lie Cooperation Learning mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative lerning. Untuk menciptakan hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
1) Saling ketergantungan positif
2) Tanggung jawab perseorangan
3) Tatap muka
4) Komunikasi antar anggota
5) Evaluasi proses kelompok. 7
d.      Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam cooperative learning terdapat variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya : 1) Student team achievement division (STAD), 2) Jigsaw, 3). Group investigation (G1). 4) Rotating trio exohange, dan 5) Group resume. Dari beberapa model pembelajaran tersebut model yang banyak dikembangkan adalah model student team achievement divison (STAD) dan Jigsaw. 8

Dalam buku active learning dalam pembelajaran bahasa arab dijelaskan, macam-macam tipe pembelajaran kooperarif adalah :
1.      Student team acievement devision (STAD)
2.      Team – assisted individualization (TAI)
3.      Cooperative integreted reading and composition (CIRC)
4.      Jigsaw
5.      Belajar bersama (learning together)
6.      Penelitian kelompok (Gorup investigation) .9
e.       Model pembelajaran kooperaatif tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan” model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Keunggulan kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi pada anggota kelompoknya yang lain. Meningkatkan bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. 10

Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi berpendapat kelebihan strategi ini adalah “ dapat melibatkan seluruh siswa/ mahasiswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Model ini biasanya cocok digunakan untuk pembelajaran keterampilan berbicara dan membaca.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis berasumsi bahwa model pembelajaran kooperatif ( tipe jigsaw ) melatih siswa untuk memikul suatu tanggung jawab yang signifikan dalam sebuah kelompok. Pemikiran dasar model pembelajaran ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh rekan sesama, dan hal ini merupakan bagian penting dalam proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan.  
f.       Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut :
1)      Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
a)      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
b)      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
c)      Anggota diberi tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian /sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
2)      Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap ahli anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
3)      Tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi
4)      Guru memberi evaluasi.11

Berdasarkan pada langkah-langkah penerapan teknik Jigsaw dalam pembelajaran di atas, maka dalam pembelajaran Qiro’ah di kelas XI IPA 1 SMA MUHAMMADIYAH 1 Kalirejo yang penulis kembangkan sebagai berikut:
1)      Siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4 – 6 orang siswa yang heterogen.
2)      Penugasan pada setiap anggota kelompok
3)      Pembentukan tim ahli yang terdiri anggota kelompok yang berbeda.
4)      Setelah tim ahli berdiskusi sub bab masing-masing kemudian mereka kembali ke kelompokkan masing-masing dan bergantian mengajarkan sub bab masing-masing pada anggota kelompoknya.
5)      Mempresentasikan hasil diskusi.
g.      Manfaat  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Secara psikologis model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memberikan manfaat yang sangat besar terhadap siswa antara lain:
a.       Memotifasi siswa untuk belajar giat karena adanya adanya tekanan dari teman, kelompoknya serta menyadari akan penilaian yang berkelanjutan.
b.      menghilangkan rasa takut pada anak utnuk mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaanya.
c.       menumbuhkan kemampaun kerjasama berfikir kritis dan kemampuan membantu teman. Hal ini sesuai dengan pendapat Khoirul dalam Supriyadi (2003) mengemukakan beberapa tujuan khusus model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diantaranya adalah mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi diantara anggota kelompok utnuk mendorong kedewasaan berfikir dan menyediakan kesempatan berlatih bicara (dan mendengar) untuk berlatih dalam menyampaikan informasi.
 
2.      Membaca/ Qiro’ah
a.       Pengertian membaca/ Qiro’ah
Membaca (Qiro’ah) adalah “Kegiatan yang meliputi pola berfikir, menilai, menganalisis dan memecahkan masalah.” 12 Menurut Nur Hadi membaca adalah “Suatu keterampilan setiap orang berbeda kemampuan membacanya. Tetapi yang jelas semua dapat meningkatkan kemampuan membacanya itu.” 13
 ان القراءة هي مهارة استقبالية كا لاستماع  ومن ثم فهي تتضمن العمليات العقلية المتضمنة فيالاستماع ففي كلتا المهارتين يقومالطلاب باستقبالالرسالة وفك رموز لكى تتم هاتان العمليتان يحتاج المتعلم لثروة لفظية كافية ولمعلومات عن بناءاللغة وتركيب 14

Dalam Tesis J. Sutarjo Kloker berpendapat bahwa :
وعلى حد فكرة كولكر القراءة هي عملية الاتصال بين القارئ والكاتب باللغة الكتابة وعنده تكون في حقيقة القراءة ثلا ث احوال يعنى الموقف والادراك واللغة ويهدد الموقف الى العاطفة يهدد الاءدراك الى الفكرة وتهدد اللغة الى اللغة الطلبة15
Menurut Tarigan membaca merupakan “suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.” 16

Bedasarkan definisi membaca di atas penulis berpendapat membaca adalah suatu keterampilan berbahasa dalam memahami dan menerima pesan isi yang disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa arab selain keterampilan berbicara (kalam), menulis (kitabah) dan mendengar (istima’). Dalam bahasa arab dikenal 2 cara membaca yaitu “Membaca keras (Qori’ah Aj-Jahriyah) dan membaca diam pemahaman (Qori’ah As-Shomitah). Dalam hubungannya dengan kegiatan membaca pemahaman, ada tiga tingkatan kemampuan membaca yaitu kemampuan membaca literal, kritis dan kreatif.” 17 .....Read More


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) Terhadap Kemampuan Membaca Literal, jenis penelitiannya adalah eksperimen sungguhan.
Dalam desain ekperimen terdapat kelompok yang disebut kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang sengaja dipengeruhi oleh veriabel-variabel tertentu misalnya diberi latihan. Disamping itu ada pula kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel itu, misalnya tidak diberi latihan. Adanya kelompok kontrol dimaksud sebagai pembanding hingga manakah terjadi perubahan akibat varibel-variabel eksperimen itu.
Tujuan penelitian eksperimen adalah mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel terhadap satu atau variabel terikat dapat diedentifikasi.
Dengan demikian, penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif, artinya data yang penulis dapatkan melalui metode penelitian yang tepat, kemudian diolah dengan menggunakan metode statistik. 
B.     Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
  1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI yang tinggal di SMA MUHAMMADIYAH 1 Kalirejo, terdiri dari kelas X1 IPA 1 berjumlah 36, X1 IPA 2 berjumlah 36 dan X1 IPS 1 berjumlah 39.
  1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen/ kelas yang mengalami perlakuan (treatment) berjumlah 36.
  1. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster sampling. Cluster sampling adalah penentuan sampel dilakukan berdasarkan pengelompokkan atas populasi yang karakteritiknya sama.
C.    Definisi Operasional Variabel
Setelah pengelompokkan variabel penelitian, maka selanjutnya variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan suatu kejelasan dari masing-masing variabel penelitian dan bagimana suatu variabel dapat diukur.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe Jigsaw) dengan indikator :
a.       Adanya tim (anggota kelompok) dalam pembelajaran yang kurang lebih berjumlah 4 orang.
b.      Pembentukan tim ahli
c.       Adanya kerjasama antar anggota kelompok
d.      Mempresentasikan hasil kerja kelompok.

  1. Variabel terikatnya adalah kemampuan membaca literal  :
Dalam meningkatkan kemampuan membaca literal ada beberapa sub keterampilan  yang perlu dilatihkan, namun dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada 4 keterampilan yang dijadiakan sebagai indikator pada variabel terikat, karena untuk 6 keterampilan yang lain akan dipelajari dikelas XII, yaitu :
a.       Keterampilan mengenal kata-kata
b.      Keterampilan mengenal kalimat
c.       Keterampilan mengenal paragraf
d.      Kemampuan mengingat kembali apa yang dikatakan pengarang yaitu dengan menjawab pertanyaan : apa, siapa, kapan, dimana dan mengapa.....Read More

Dilengkapi dengan
D.    Metode Pengumpulan Data.....Read More
E.     Instrumen Penelitian.....Read More
F.     Teknik Analisis Data.....Read More


              1 Radliyah Zaenuddin, Metode & Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, Pustaka Rihlah Group, Yogyakarta, 2005, h. 71.
               2 Nur Hadi, Bagaimana Meningkatkan Membaca?,   Sinar Baru Al-Gesindo, Bandung, 2004, h. 26.
 3  Departemen Agama RI,  Al-Qur’an & Tarjamah,  Jakarta , 1998, h. 1079.
                                             
4 Nurhadi,  loc.cit.
                 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta, 2009,h.242.
1 Isjoni, Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung, 2009, h. 15.
2  Umi Machmudah, Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, UIN-Malang Press, Malang, 2008, h. 76.
3  Anita Lie, Cooperative Learning, PT. Grafindo, Jakarta, 2002, h. 27.
4  Wina Sanjaya, op.cit, h. 244.
5  Ibid, h. 246.
6  Isjoni, op .cit, h. 41.
7  Anita Lie, op. cit, h. 30.
8  Isjoni, op. cit, h. 51.
9  Umi Machmudh, Abdul Wahab Rosyidi, op. cit, h. 76-87.
10  http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, Muhammad Faiq Dzaki, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, 2009.
11 Ibid
12http://jurnal.unhalu.ac.id/download/aceng/penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
13   Nur Hadi, Bagaimana Meningkatkan Membca?,  Sinar Baru Al-gesindo, Bandung, 2004, h. 26.
14 Mahmud Kamil An-Naqoh, Ta’limul Lughoh Al-Arobiyah, Jami’ah Umul Quro, Makkah, 1985, h. 185-186.
15 J. Sutarjo, Tarqiyatu Maharotil Qiro’ah Al-Fahmiyah At-Tafsiriyah Fil Lughoh Al-‘Arobiyah Bi TatbiqiIstirojiyah (SQ3R), UIN Malang, Tesis, 2007, h. 12.
16 http://fahcriguru.blogspot.com.Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman, 2008.
17 Nur Hadi, Loc. Cit.